Kamis, 23 Juli 2015

Kucingku Sayang

Seneng banget kalau di tatap ma kucing sambil kedipin matanya perlahan-lahan... hihi... 😃☺😊😊😂😍

Senin, 20 Juli 2015

Ramadhan Telah Pergi

Ramadhan Tlah Pergi
Oleh: Rochma Yulika

Ramadhan....
Semakin jauh kau meninggalkanku
Dan setahun aku harus menunggu perjumpaan denganmu

Gundah....
Khawatir diri jauh dari ibadah
Lantaran semangat mulai melemah
Dan amaliyah jauh dari istiqamah

Merenung...
Apakah diri kita masih beruntung
Masihkah kita mau bergabung
Dengan komunitas yang membawa untung??

Atau kita sudah berlari menjauh
Atau diri sudah mulai jenuh
Atau jiwa kita yang mulai merapuh

Bahagia diri bersama komunitas kebaikan
Setiap hari selalu ada ingatan
Tak terlewat tilawah Al Quran

Jangan bergeser sedikit pun dari bi'ah keshalihan
Yang mengajarkan pada kita tentang banyak keutamaan
Yang memotivasi kita untuk kuat terhadap ujian

Bangkitlah....
Meski Ramadhan berlalu sudah...
Bangun semangat untuk raih berkah
Jangan biarkan diri terlena sudah

Semoga selalu bisa  berhikmah dari kemuliaan Ramadhan
Tetap beramal demi sebuah perjumpaan
Hingga hidup berakhir dengan kematian

Jumat, 17 Juli 2015

Masjid di Papua Dibakar Saat Sholat Idul Fitri

Masjid di Papua Dibakar Saat Sholat Idul Fitri, Ini Kronologisnya
41 menit yang lalu

Hari Raya Idul Fitri adalah hari bahagia bagi Umat Islam seluruh dunia. Namun kebahagian itu tak dirasakan Umat Islam di Karubaga Kabupaten Tolikara Papua yang merayakan Idul Fitri hari ini, Jumat (17/7/2015).

Berikut INFO yang redaksi Piyungan Online terima dari sumber di Papua. Sebelum kami posting kami sudah klarifikasi ke sumber untuk kevalidan data.

- Saat Umat Islam di Tolikara Papua menjalankan sholat Idul Fitri, tiba-tiba massa melempari jamaah saat Takbir ke-7 lalu masjid dibakar.

- Masjid diserbu dan dibakar orang-orang dari distrik.

- Massa yang disebut dari GIDI Papua (Gereje Injil Di Indonesia) menyerbu dan membakar masjid karena hari ini (Idul Fitri) mereka juga punya acara.

- Sehari sebelumnya GIDI sudah layangkan SURAT PERINGATAN agara Umat Islam TIDAK TAKBIRAN DAN TIDAK MENJALANKAN SHOLAT IED.

- Muslim dilarang Sholat Ied karena kata mereka hari ini adalah Harinya Yesus. Ada misionaris Luar Negeri juga disana untuk adakan acara GIDI hari ini.

- Setelah masjid dibakar, merembet ke rumah dan kios-kios pasar milik umat Islam. Barang-barang dijarah.

- 10 orang terkena luka bakar.

- Saat ini Umat Islam diungsikan

Demikian INFO sementara.

Kita disini bergembira sambut hari raya, sementara umat Islam di Papua nestapa akibat amuk massa. Doakan mereka agar Allah SWT menjaga mereka.

Allhumma Sallimna wa sallimhum....

***

Berita ini sebagiannya sudah dimuat juga di METRO TV.

Saat Imam Takbir Pertama, Sekelompok Orang Datang dan Lempari Musala di Tolikara

Tolikara: Kekacauan terjadi pada pelaksanaan salat Idul Fitri 1436 Hijriah di Kabupaten Tolikara, Papua. Sebuah musala dilempar dan dibakar. Warga setempat jadi ketakutan.

Peristiwa itu terjadi sekira pukul 07.00 WIT, Jumat 17 Juli. Umat Islam tengah melaksanakan salat Id di halaman Koramil 1702 / JWY. Saat imam mengucapkan takbir pertama, tiba-tiba beberapa orang mendekati jemaah dan berteriak.

Jemaah bubar dan menyelamatkan diri ke markas Koramil. Sejam kemudian, orang-orang itu melempari Musala Baitul Mutaqin yang berada di sekitar lokasi kejadian. Mereka juga membakar rumah ibadah tersebut. Selain musala, enam rumah dan sebelas kios pun menjadi sasaran amukan orang-orang itu. 

Hingga berita ini dimuat, polisi dan TNI berjaga-jaga di sekitar lokasi kejadian. Petugas gabungan mengantisipasi kerusuhan berlanjut. Alasan pengrusakan dan pembakaran tersebut pun belum diketahui. Belum ada pula keterangan resmi dari aparat setempat. RRN

http://news.metrotvnews.com/read/2015/07/17/148328/saat-imam-takbir-pertama-sekelompok-orang-datang-dan-lempari-musala-di-tolikara

Kunjungi website

Kamis, 16 Juli 2015

Dear Ramadhan 1436 H...

Semakin sayup aku menatap mu.
Semakin temaram cahaya mu.
Semakin airmata ini tak bisa kubendung ketika aku harus melambaikan tangan kepadamu.
Duhai bulan suci,
Terimakasih telah datang,terimakasih telah singgah kedalam hidup kami tahun ini.
Entah berapa banyak orang di alam kubur sana yg ingin dihidupkan kembali agar bisa bersuci dibulan ini.

Wahai Tuhanku pemilik Ramadhan,
Pastilah Engkau tahu ya Allah bagaimana sedih nya kami melepas kepergiannya.
Entah masih bisakah kami bertemu dengannya lagi,atau inilah yg terakhir kalinya.
Allah ku sayang,,,
Engkau lah saksi kami,yg menyaksikan airmata ini tumpah tanpa bisa tertampung disetiap tengah malam.

Engkaulah saksi kami,disaat kening ini bersujud tak ingin bangkit disetiap malamnya.
Semoga Engkau membukakan pintu ampunan selebar lebarnya untuk kami yg sedang menyungkur menunggu ampunanMu.
Maafkan kami wahai pemilik singgasana Arsy,
Maafkan kami yg belum bisa menjadi hamba yg terbaik utkMu.

Tapi,demi nama Mu yg Agung kami bersaksi bahwa nikmat yg sudah Kau beri sangat amat sempurna.

Selamat tinggal Ramadhan,semoga Allah meridhoi kita untuk bertemu kembali.
Andai pertemuan itu tidak akan pernah adalagi,semoga kelak engkau bisa menjadi saksi kami atas kesedihan yg tak terhingga ini karena harus berpisah denganmu...😭😭😭

Rabu, 15 Juli 2015

Panduan Sholat 'Idul Fitri & 'Idul Adha

PANDUAN SHOLAT 'IEDUL FITHRI DAN 'IEDUL ADHA

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Bagaimanakah panduan shalat Idul Fithri dan Idul Adha?

Berikut adalah panduan ringkas dalam shalat ‘ied, baik shalat ‘Idul Fithri atau pun ‘Idul Adha. Yg kami sarikan dr bbrp penjelasan ulama. Semoga bermanfaat.

HUKUM SHOLAT 'IED

Menurut pendapat yang lebih kuat, hukum shalat ‘ied adalah wajib bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan yang dalam keadaan mukim[1]. Dalil dari hal ini adalah hadits dari Ummu ‘Athiyah, beliau berkata :

أَمَرَنَا – تَعْنِى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- – أَنْ نُخْرِجَ فِى الْعِيدَيْنِ الْعَوَاتِقَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ وَأَمَرَ الْحُيَّضَ أَنْ يَعْتَزِلْنَ مُصَلَّى الْمُسْلِمِينَ.

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami pada saat shalat ‘ied (Idul Fithri ataupun Idul Adha) agar mengeluarkan para gadis (yang baru beanjak dewasa) dan wanita yang dipingit, begitu pula wanita yang sedang haidh. Namun beliau memerintahkan pada wanita yang sedang haidh untuk menjauhi tempat shalat.”[2]
Di antara alasan wajibnya shalat ‘ied dikemukakan oleh Shidiq Hasan Khon (murid Asy Syaukani).[3]

PERTAMA : Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam terus menerus melakukannya.

KEDUA : Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintah kaum muslimin utk keluar rumah utk menunaikan shalat ‘ied. Perintah untuk keluar rumah menunjukkan perintah utk melaksanakan shalat ‘ied itu sendiri bagi org yg tidak punya udzur. Di sini dikatakan wajib krn keluar rumah merupakan wasilah (jalan) menuju shalat. Jika wasilahnya saja diwajibkan, maka tujuannya (yaitu shalat) otomatis juga wajib.

KETIGA : Ada perintah dalam Al Qur’an yang menunjukkan wajibnya shalat ‘ied yaitu firman Allah Ta’ala :

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَر
ْ
“Dirikanlah shalat & berqurbanlah (an nahr).” (QS. Al Kautsar: 2).

Maksud ayat ini adalah perintah untuk melaksanakan shalat ‘ied.
Keempat: Shalat jum’at menjadi gugur bagi orang yang telah melaksanakan shalat ‘ied jika kedua shalat tersebut bertemu pada hari ‘ied. Padahal sesuatu yang wajib hanya boleh digugurkan dengan yang wajib pula. Jika shalat jum’at itu wajib, demikian halnya dengan shalat ‘ied. –Demikian penjelasan Shidiq Hasan Khon yang kami sarikan-.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan : “Pendapat yang menyatakan bahwa hukum shalat ‘ied adalah wajib bagi setiap muslim lebih kuat daripada yang menyatakan bahwa hukumnya adalah fardhu kifayah (wajib bagi sebagian orang saja). Adapun pendapat yg mengatakan bahwa hukum shalat ‘ied adalah sunnah (dianjurkan, bukan wajib), ini adalah pendapat yang lemah. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri memerintahkan untuk melakukan shalat ini. Lalu beliau sendiri dan para khulafaur rosyidin (Abu Bakr, ‘Umar, ‘Utsman, dan ‘Ali, -pen), begitu pula kaum muslimin setelah mereka terus menerus melakukan shalat ‘ied. Dan tidak dikenal sama sekali kalau ada di satu negeri Islam ada yang meninggalkan shalat ‘ied. Shalat ‘ied adalah salah satu syi’ar Islam yang terbesar. … Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memberi keringanan bagi wanita untuk meninggalkan shalat ‘ied, lantas bagaimana lagi dengan kaum pria?”[4]

WAKTU PELAKSANAAN SHOLAT 'IED

Menurut mayoritas ulama –ulama Hanafiyah, Malikiyah dan Hambali-, waktu shalat ‘ied dimulai dari matahari setinggi tombak[5] sampai waktu zawal (matahari bergeser ke barat).[6]

Ibnul Qayyim mengatakan :
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengakhirkan shalat ‘Idul Fitri & mempercepat pelaksanaan shalat ‘Idul Adha. Ibnu ‘Umar  yang sangat dikenal mencontoh ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah keluar menuju lapangan kecuali hingga matahari meninggi.”[7]

Tujuan mengapa shalat ‘Idul Adha dikerjakan lebih awal adalah agar orang2 dp segera menyembelih qurbannya. Sedangkan shalat ‘Idul Fitri agak diundur bertujuan agar kaum muslimin masih punya kesempatan untuk menunaikan zakat fithri.[8]

TEMPAT PELAKSANAAN SHOLAT 'IED

Tempat pelaksanaan shalat ‘ied lebih utama (lebih afdhol) dilakukan di tanah lapang, kecuali jika ada udzur seperti hujan. Abu Sa’id Al Khudri mengatakan :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَخْرُجُ يَوْمَ الْفِطْرِ وَالأَضْحَى إِلَى الْمُصَلَّى

“Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar pada hari raya ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha menuju tanah lapang.”[9]

An Nawawi mengatakan :
“Hadits Abu Sa’id Al Khudri di atas adalah dalil bagi orang yang menganjurkan bahwa shalat ‘ied sebaiknya dilakukan di tanah lapang dan ini lebih afdhol (lebih utama) daripada melakukannya di masjid. Inilah yang dipraktekkan oleh kaum muslimin di berbagai negeri. Adapun penduduk Makkah, maka sejak masa silam shalat ‘ied mereka selalu dilakukan di Masjidil Haram.”[10]

TUNTUNAN KETIKA HENDAK KELUAR MELAKSANAKAN SHOLAT 'IED

PERTAMA : Dianjurkan untuk mandi sebelum berangkat shalat. Ibnul Qayyim mengatakan, “Terdapat riwayat yang shahih yang menceritakan bahwa Ibnu ‘Umar yang dikenal sangat mencontoh ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mandi pada hari ‘ied sebelum berangkat shalat.”[11]

KEDUA : Berhias diri dan memakai pakaian yang terbaik. Ibnul Qayyim mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar ketika shalat ‘Idul Fithri dan ‘Idul Adha dengan pakaiannya yang terbaik.”[12]

KETIGA : Makan sebelum keluar menuju shalat ‘ied khusus untuk shalat ‘Idul Fithri.

Dari ‘Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya, ia berkata :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَغْدُو يَوْمَ الْفِطْرِ حَتَّى يَأْكُلَ وَلاَ يَأْكُلُ يَوْمَ الأَضْحَى حَتَّى يَرْجِعَ فَيَأْكُلَ مِنْ أُضْحِيَّتِه
ِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘ied pada hari Idul Fithri dan beliau makan terlebih dahulu. Sedangkan pada hari Idul Adha, beliau tidak makan lebih dulu kecuali setelah pulang dari shalat ‘ied baru beliau menyantap hasil qurbannya.”[13]
Hikmah dianjurkan makan sebelum berangkat shalat Idul Fithri adalah agar tidak disangka bahwa hari tersebut masih hari berpuasa.

Sedangkan untuk shalat Idul Adha dianjurkan untuk tidak makan terlebih dahulu adalah agar daging qurban bisa segera disembelih dan dinikmati setelah shalat ‘ied.[14]

KEEMPAT : Bertakbir ketika keluar hendak shalat ‘ied. Dalam suatu riwayat disebutkan :

كَانَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَخْرُجُ يَوْمَ الفِطْرِ فَيُكَبِّر حَتَّى يَأْتِيَ المُصَلَّى وَحَتَّى يَقْضِيَ الصَّلاَةَ فَإِذَا قَضَى الصَّلاَةَ ؛ قَطَعَ التَّكْبِيْر

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa keluar hendak shalat pada hari raya ‘Idul Fithri, lantas beliau bertakbir sampai di lapangan dan sampai shalat hendak dilaksanakan. Ketika shalat hendak dilaksanakan, beliau berhenti dari bertakbir.”[15]

Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berangkat shalat ‘ied (Idul Fithri dan Idul Adha) bersama Al Fadhl bin ‘Abbas, ‘Abdullah bin’Abbas, ‘Ali, Ja’far, Al Hasan, Al Husain, Usamah bin Zaid, Zaid bin Haritsah, dan Ayman bin Ummi Ayman, mereka mengangkat suara membaca tahlil (laa ilaha illallah) dan takbir (Allahu Akbar).”[16]

TATA CARA TAKBIR KETIKA BERANGKAT SHOLAT 'IED KE LAPANGAN

[1] Disyari’atkan dilakukan oleh setiap orang dengan menjahrkan (mengeraskan) bacaan takbir. Ini berdasarkan kesepakatan empat ulama madzhab.[17]

[2] Di antara lafazh takbir adalah :

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْد
ُ
“Allahu akbar, Allahu akbar, laa ilaaha illallah wallahu akbar, Allahu akbar wa lillahil hamd (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada sesembahan yg berhak disembah dengan benar selain Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala pujian hanya untuk-Nya)”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa lafazh ini dinukil dari banyak sahabat, bhkn ada riwayat yg menyatakan bahwa lafazh ini marfu’ yaitu sampai pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.[18]

Syaikhul Islam juga menerangkan bhw jika seseorang mengucapkan “Allahu Akbar, Allahu akbar, Allahu akbar”, itu juga diperbolehkan.[19]

KELIMA : Menyuruh wanita dan anak kecil untuk berangkat shalat ‘ied. Dalilnya sbgmn disebutkan dalam hadits Ummu ‘Athiyah yang pernah kami sebutkan. Namun wanita tetap harus memperhatikan adab-adab ketika keluar rumah, yaitu tidak berhias diri dan tidak memakai harum-haruman.

Sedangkan dalil mengenai anak kecil, Ibnu ‘Abbas –yang ketika itu masih kecil- pernah ditanya : “Apakh engkau pernah menghadiri shalat ‘ied bersama Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam?” Ia menjawab :

نَعَمْ ، وَلَوْلاَ مَكَانِى مِنَ الصِّغَرِ مَا شَهِدْتُه
ُ
“Iya, aku menghadirinya. Seandainya bkn krn kedudukanku yang termasuk sahabat-sahabat junior, tentu aku tidak akan menghadirinya.”[20]

KEENAM : Melewati jalan pergi dan pulang yang berbeda. Dari Jabir, beliau mengatakan :

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا كَانَ يَوْمُ عِيدٍ خَالَفَ الطَّرِيق
َ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat ‘ied, beliau lewat jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.”[21]

KETUJUH : Dianjurkan berjalan kaki sampai ke tempat shalat dan tidak memakai kendaraan kecuali jika ada hajat. Dari Ibnu ‘Umar, beliau mengatakan :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَخْرُجُ إِلَى الْعِيدِ مَاشِيًا وَيَرْجِعُ مَاشِيًا.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berangkat shalat ‘ied dengan berjalan kaki, begitu pula ketika pulang dengan berjalan kaki.”[22]

TIDAK ADA SHOLAT SUNNAH QOBLIYAH DAN BA'DIYAH 'IED

Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata :

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- خَرَجَ يَوْمَ أَضْحَى أَوْ فِطْرٍ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهَا وَلاَ بَعْدَهَا

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar pada hari Idul Adha atau Idul Fithri, lalu beliau mengerjakan shalat ‘ied dua raka’at, namun beliau tidak mengerjakan shalat qobliyah maupun ba’diyah ‘ied.”[23]

TIDAK ADA ADZAN DAN IQOMAT KETIKA SHOLAT 'IED

Dari Jabir bin Samuroh, ia berkata :

صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الْعِيدَيْنِ غَيْرَ مَرَّةٍ وَلاَ مَرَّتَيْنِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ.

“Aku pernah melaksanakan shalat ‘ied (Idul Fithri dan Idul Adha) bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bukan hanya sekali atau dua kali, ketika itu tidak ada adzan maupun iqomah.”[24]

Ibnul Qayyim mengatakan :
“Jika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sampai ke tempat shalat, beliau pun mengerjakan shalat ‘ied tanpa ada adzan dan iqomah. Juga ketika itu untuk menyeru jama’ah tidak ada ucapan “Ash Sholaatul Jaam’iah.” Yang termasuk ajaran Nabi adalah tidak melakukan hal-hal semacam tadi.”[25]

TATA CARA SHOLAT 'IED

Jumlah raka’at shalat Idul Fithri dan Idul Adha adalah dua raka’at. Adapun tata caranya adalah sebagai berikut.[26]

PERTAMA : Memulai dg takbiratul ihrom, sebagaimana shalat-shalat lainnya.

KEDUA : Kemudian bertakbir (takbir zawa-id/tambahan) sebanyak tujuh kali takbir -selain takbiratul ihrom- sebelum memulai membaca Al Fatihah. Boleh mengangkat tangan ketika takbir-takbir tersebut sebagaimana yang dicontohkan oleh Ibnu ‘Umar. Ibnul Qayyim mengatakan : “Ibnu ‘Umar yang dikenal sangat meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa mengangkat tangannya dalam setiap takbir.”[27]

KETIGA : Di antara takbir-takbir (takbir zawa-id) yang ada tadi tidak ada bacaan dzikir tertentu. Namun ada sebuah riwayat dari Ibnu Mas’ud, ia mengatakan, “Di antara tiap takbir, hendaklah menyanjung dan memuji Allah.”[28] Syaikhul Islam mengatakan bahwa sebagian salaf di antara tiap takbir membaca bacaan :

سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ . اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي

“Subhanallah wal hamdulillah wa  laa ilaha illallah wallahu akbar. Allahummaghfirlii war hamnii (Maha suci Allah, segala pujian bagi-Nya, tidak ada sesembahan yang benar untuk disembah selain Allah. Ya Allah, ampunilah aku dan rahmatilah aku).” Namun ingat sekali lagi, bacaannya tidak dibatasi dengan bacaan ini saja. Boleh juga membaca bacaan lainnya asalkan di dalamnya berisi pujian pada Allah Ta’ala.

KEEMPAT : Kemudian membaca Al Fatihah, dilanjutkan dg membaca surat lainnya. Surat yang dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah surat Qaaf pada raka’at pertama dan surat Al Qomar pada raka’at kedua. Ada riwayat bahwa ‘Umar bin Al Khattab pernah menanyakan pada Waqid Al Laitsiy mengenai surat apa yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat ‘Idul Adha dan ‘Idul Fithri. Ia pun menjawab :

كَانَ يَقْرَأُ فِيهِمَا بِ (ق وَالْقُرْآنِ الْمَجِيدِ) وَ (اقْتَرَبَتِ السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُ)

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca “Qaaf, wal qur’anil majiid” (surat Qaaf) dan “Iqtarobatis saa’atu wan syaqqol qomar” (surat Al Qomar).”[29]

Boleh juga membaca surat Al A’laa pada raka’at pertama dan surat Al Ghosiyah pada raka’at kedua. Dan jika hari ‘ied jatuh pada hari Jum’at, dianjurkan pula membaca surat Al A’laa pada raka’at pertama dan surat Al Ghosiyah pada raka’at kedua, pada shalat ‘ied maupun shalat Jum’at. Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقْرَأُ فِى الْعِيدَيْنِ وَفِى الْجُمُعَةِ بِ (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى) وَ (هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ) قَالَ وَإِذَا اجْتَمَعَ الْعِيدُ وَالْجُمُعَةُ فِى يَوْمٍ وَاحِدٍ يَقْرَأُ بِهِمَا أَيْضًا فِى الصَّلاَتَيْنِ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca dalam shalat ‘ied maupun shalat Jum’at “Sabbihisma robbikal a’la” (surat Al A’laa)dan “Hal ataka haditsul ghosiyah” (surat Al Ghosiyah).” An Nu’man bin Basyir mengatakan begitu pula ketika hari ‘ied bertepatan dengan hari Jum’at, beliau membaca kedua surat tersebut di masing-masing shalat.[30]

KELIMA : Setelah membaca surat, kemudian melakukan gerakan shalat seperti biasa (ruku, i’tidal, sujud, dst).

KEENAM : Bertakbir ketika bangkit untuk mengerjakan raka’at kedua.

KETUJUH : Kemudian bertakbir (takbir zawa-id/tambahan) sebanyak lima kali takbir -selain takbir bangkit dari sujud- sebelum memulai membaca Al Fatihah.

KEDELAPAN : Kemudian membaca surat Al Fatihah dan surat lainnya sebagaimana yang telah disebutkan di atas.

KESEMBILAN : Mengerjakan gerakan lainnya hingga salam.
Khutbah Setelah Shalat ‘Ied

Dari Ibnu ‘Umar, ia mengatakan :

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ – رضى الله عنهما – يُصَلُّونَ الْعِيدَيْنِ قَبْلَ الْخُطْبَة
ِ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr, begitu pula ‘Umar biasa melaksanakan shalat ‘ied sebelum khutbah.”[31]

Setelah melaksanakan shalat ‘ied, imam berdiri untuk melaksanakan khutbah ‘ied dengan sekali khutbah (bukan dua kali seperti khutbah Jum’at).[32]

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaksanakan khutbah di atas tanah dan tanpa memakai mimbar.[33] Beliau pun memulai khutbah dengan “hamdalah” (ucapan alhamdulillah) sebagaimana khutbah-khutbah beliau yang lainnya.

Ibnul Qayyim mengatakan, “Dan tidak diketahui dalam satu hadits pun yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammembuka khutbah ‘iednya dengan bacaan takbir. … Namun beliau mmg sering mengucapkan takbir di tengah-tengah khutbah. Akan tetapi, hal ini tidak menunjukkan bahwa beliau selalu memulai khutbah ‘iednya dengan bacaan takbir.”[34]

Jama’ah boleh memilih mengikuti khutbah ‘ied ataukah tidak. Dari ‘Abdullah bin As Sa-ib, ia berkata bahwa ia pernah menghadiri shalat ‘ied bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tatkala beliau selesai menunaikan shalat, beliau bersabda,

إِنَّا نَخْطُبُ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجْلِسَ لِلْخُطْبَةِ فَلْيَجْلِسْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَذْهَبَ فَلْيَذْهَب
ْ
“Aku saat ini akan berkhutbah. Siapa yang mau tetap duduk untuk mendengarkan khutbah, silakan ia duduk. Siapa yang ingin pergi, silakan ia pergi.”[35]

UCAPAN SELAMAT HARI RAYA

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan, “Adapun tentang ucapan selamat (tah-niah) ketika hari ‘ied seperti sebagian orang mengatakan pada yang lainnya ketika berjumpa setelah shalat ‘ied, “Taqobbalallahu minna wa minkum wa ahaalallahu ‘alaika” dan semacamnya, maka seperti ini telah diriwayatkan oleh beberapa sahabat Nabi. Mereka biasa mengucapkan semacam itu dan para imam juga memberikan keringanan dalam melakukan hal ini sebagaimana Imam Ahmad dan lainnya. Akan tetapi, Imam Ahmad mengatakan, “Aku tidak mau mendahului mengucapkan selamat hari raya pada seorang pun. Namun kalau ada yang mengucapkan selamat padaku, aku akan membalasnya”. Imam Ahmad melakukan semacam ini karena menjawab ucapan selamat adalah wajib, sedangkan memulai mengucapkannya bukanlah sesuatu yang dianjurkan. Dan sebenarnya bukan hanya beliau yang tidak suka melakukan semacam ini. Intinya, barangsiapa yang ingin  mengucapkan selamat, maka ia memiliki qudwah (contoh). Dan barangsiapa yang meninggalkannya, ia pun memiliki qudwah (contoh).”

BILA HARI 'IED JATUH PADA HARI JUM'AT

Bila hari ‘ied jatuh pada hari Jum’at, maka bagi orang yang telah melaksanakan shalat ‘ied, ia punya pilihan untuk menghadiri shalat Jum’at atau tidak. Namun imam masjid dianjurkan untuk tetap melaksanakan shalat Jum’at agar orang-orang yang punya keinginan menunaikan shalat Jum’at bisa hadir, begitu pula orang yang tidak shalat ‘ied bisa turut hadir. Pendapat ini dipilih oleh mayoritas ulama Hambali. Dan pendapat ini terdapat riwayat dari ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas dan Ibnu Az Zubair.

DALIL DARI HAL INI ADALAH :
PERTAMA : Diriwayatkan dari Iyas bin Abi Romlah Asy Syamiy, ia berkata, “Aku pernah menemani Mu’awiyah bin Abi Sufyan dan ia bertanya pada Zaid bin Arqom,

أَشَهِدْتَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عِيدَيْنِ اجْتَمَعَا فِى يَوْمٍ قَالَ نَعَمْ. قَالَ فَكَيْفَ صَنَعَ قَالَ صَلَّى الْعِيدَ ثُمَّ رَخَّصَ فِى الْجُمُعَةِ فَقَالَ « مَنْ شَاءَ أَنْ يُصَلِّىَ فَلْيُصَلِّ ».

“Apkh engkau pernah menyaksikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertemu dengan dua ‘ied (hari Idul Fithri atau Idul Adha bertemu dengan hari Jum’at) dalam satu hari?” “Iya”, jawab Zaid. Kemudian Mu’awiyah bertanya lagi, “Apa yang beliau lakukan ketika itu?” “Beliau melaksanakan shalat ‘ied dan memberi keringanan untuk meninggalkan shalat Jum’at”, jawab Zaid lagi. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mau shalat Jum’at, maka silakan melaksanakannya.”[36]

KEDUA : Dari ‘Atho’, ia berkata, “Ibnu Az Zubair ketika hari ‘ied yang jatuh pada hari Jum’at pernah shalat ‘ied bersama kami di awal siang. Kemudian ketika tiba waktu shalat Jum’at Ibnu Az Zubair tidak keluar, beliau hanya shalat sendirian. Tatkala itu Ibnu ‘Abbas berada di Thoif. Ketika Ibnu ‘Abbas tiba, kami pun menceritakan kelakuan Ibnu Az Zubair pada Ibnu ‘Abbas. Ibnu ‘Abbas pun mengatakan, “Ia adalah orang yang menjalankan sunnah (ajaran Nabi) [ashobas sunnah].”[37] Jika sahabat mengatakan ashobas sunnah(menjalankan sunnah), itu berarti statusnya marfu’ yaitu menjadi perkataan Nabi.[38]

Diceritakan pula bahwa ‘Umar bin Al Khottob melakukan seperti apa yang dilakukan oleh Ibnu Az Zubair. Begitu pula Ibnu ‘Umar tidak menyalahkan perbuatan Ibnu Az Zubair. Begitu pula ‘Ali bin Abi Tholib pernah mengatakan bahwa siapa yang telah menunaikan shalat ‘ied maka ia boleh tidak menunaikan shalat Jum’at. Dan tidak diketahui ada pendapat sahabat lain yang menyelisihi pendapat mereka-mereka ini.[39]

Catatan:

Dianjurkan bagi imam masjid agar tetap mendirikan shalat Jum’at supaya orang yang ingin menghadiri shalat Jum’at atau yang tidak shalat ‘ied bisa menghadirinya. Dalil dari hal ini adalah dari An Nu’man bin Basyir, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca dalam shalat ‘ied dan shalat Jum’at “sabbihisma robbikal a’la” dan “hal ataka haditsul ghosiyah”.” An Nu’man bin Basyir mengatakan begitu pula ketika hari ‘ied bertepatan dengan hari Jum’at, beliau membaca kedua surat tersebut di masing-masing shalat.[40] Karena imam dianjurkan membaca dua surat tersebut pada shalat Jum’at yang bertepatan dengan hari ‘ied, ini menunjukkan bahwa shalat Jum’at dianjurkan untuk dilaksanakan oleh imam masjid.

Siapa saja yang tidak menghadiri shalat Jum’at dan telah menghadiri shalat ‘ied –baik pria maupun wanita- maka wajib baginya untuk mengerjakan shalat Zhuhur (4 raka’at) sebagai ganti karena tidak menghadiri shalat Jum’at.[41]

Demikian beberapa penjelasan ringkas mengenai panduan shalat Idul Fithri dan Idul Adha. Semoga bermanfaat.

Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala kebaikan menjadi sempurna.

=====================
[1] Lihat Bughyatul Mutathowwi’ fii Sholatit Tathowwu’, Muhammad bin ‘Umar bin Salim Bazmoul, hal. 109-110, Dar Al Imam Ahmad, cetakan pertama, tahun 1427 H.
[2] HR. Muslim  no. 890, dari Muhammad, dari Ummu ‘Athiyah.
[3] Kami sarikan dari Ar Roudhotun Nadiyah Syarh Ad Durorul Bahiyyah, 1/202, Darul ‘Aqidah, cetakan pertama, 1422 H.
[4] Majmu’ Al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 24/183, Darul Wafa’, cet. ketiga, tahun 1426 H.
[5] Yang dimaksud, kira-kira 20 menit setelah matahari terbit sebagaimana keterangan Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin dalam Syarh Hadits Al Arba’in An Nawawiyah yang pernah kami peroleh ketika beliau membahas hadits no. 26.
[6] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/599 dan Ar Roudhotun Nadiyah, 1/206-207.
[7] Zaadul Ma’ad fii Hadyi Khoiril ‘Ibad, Ibnu Qayyim Al Jauziyah, 1/425, Muassasah Ar Risalah, cetakan ke-14, tahun 1407 H [Tahqiq: Syu’aib Al Arnauth dan ‘Abdul Qadir Al Arnauth]
[8] Lihat Minhajul Muslim,  Abu Bakr Jabir Al Jaza-iri, hal. 201, Darus Salam, cetakan keempat.
[9] HR. Bukhari no. 956 dan Muslim no. 889.
[10] Syarh Muslim, An Nawawi, 3/280, Mawqi’ Al Islam.
[11] Zaadul Ma’ad fii Hadyi Khoiril ‘Ibad, 1/425.
[12] Zaadul Ma’ad fii Hadyi Khoiril ‘Ibad, 1/425.
[13] HR. Ahmad 5/352.Syaikh Syu’aib  Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[14] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/602.
[15] Dikeluarkan dalam As Silsilahh Ash Shahihah no. 171. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih.
[16] Dikeluarkan oleh Al Baihaqi (3/279). Hadits ini hasan. Lihat Al Irwa’ (3/123)
[17] Lihat Majmu’ Al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 24/220, Darul Wafa’, cetakan ketiga, tahun 1426 H.
[18] Idem
[19] Idem
[20] HR. Bukhari no. 977.
[21] HR. Bukhari no. 986.
[22] HR. Ibnu Majah no. 1295. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
[23] HR. Bukhari no. 964 dan Muslim no. 884.
[24] HR. Muslim no. 887.
[25] Zaadul Ma’ad, 1/425.
[26] Kami sarikan dari Shahih Fiqh Sunnah, 1/607.
[27] Idem
[28] Dikeluarkan oleh Al Baihaqi (3/291). Syaikh ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid mengatakan bahwa sanad hadits ini qowiy (kuat). Lihat Ahkamul ‘Idain, Syaikh ‘Ali Hasan ‘Ali ‘Abdul Hamid, hal. 21, Al Maktabah Al Islamiy, cetakan pertama, tahun 1405 H.
[29] HR. Muslim no. 891
[30] HR. Muslim no. 878.
[31] HR. Bukhari no. 963 dan Muslim no. 888.
[32] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/607.
[33] Lihat keterangan dari Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad, 1/425. Yang pertama kali mengeluarkan mimbar dari masjid ketika shalat ‘ied adalah Marwan bin Al Hakam.
[34] Idem
[35] HR. Abu Daud no. 1155 dan Ibnu Majah no. 1290. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[36] HR. Abu Daud no. 1070, Ibnu Majah no. 1310. Asy Syaukani dalam As Sailul Jaror (1/304)  mengatakan bahwa hadits ini memiliki syahid (riwayat penguat). An Nawawi dalam Al Majmu’ (4/492) mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid (antara shahih dan hasan, pen). ‘Abdul Haq Asy Syubaili dalam Al Ahkam Ash Shugro (321) mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih. ‘Ali Al Madini dalam Al Istidzkar (2/373) mengatakan bahwa sanad hadits ini jayyid (antara shahih dan hasan, pen). Syaikh Al Albani dalam Al Ajwibah An Nafi’ah (49) mengatakan bahwa hadits ini shahih. Intinya, hadits ini bisa digunakan sbg hujjah atau dalil.
[37] HR. Abu Daud no. 1071. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[38] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/596.
[39] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, Syaikh Abu Malik, 1/596, Al Maktabah At Taufiqiyah.
[40] HR. Muslim no. 878.
[41] Lihat Fatwa Al Lajnah Ad Da-imah lil Buhuts ‘Ilmiyah wal Ifta’, 8/182-183, pertanyaan kelima dari Fatwa no. 2358, Mawqi’ Al Ifta.

(( AD-DIINU AN-NASHIIHAH ))

Persiapan Calon Istri !!


1. Istri… hmmm, wanita hebat di belakang suami | Hebatnya karena tempaan diri | Madrasah pertama bagi anak2nya pula #PersiapanCalonIstri

2. Menjadi istri itu mudah | Tanpa ilmu pun bisa | Tapi masa' mau jadi istri yang biasa2 aja ? Ga kan ? #PersiapanCalonIstri

3. Sejak muda, asahlah bakat keibuan dan kedewasaan mu | Karena anak kita layak mendapat ibu yang dewasa #PersiapanCalonIstri

4. Hafalan Qur'annya jgn lupa ditingkatin | Kelak saat hamil, si anak bakal seneng banget dilantunkan bacaan Qur'an dari ibunya. #PersiapanCalonIstri

5. Berlatihlah sabar sejak sekarang | Karena engkau akan sering bangun malam kelak saat anakmu menangis. #PersiapanCalonIstri

6. Belajar lah mengatur keuangan | Istri itu manajer keuangan rumah tangga | Biarkan suamimu berfokus pada mencari, engkau yg mengelolanya. #PersiapanCalonIstri

7. Kemampuan mempercantik diri itu penting | Berikan yang tercantik untuk suami seorang | Jangan sering kumel di depannya :) #PersiapanCalonIstri

8. Bisa masak itu nilai plus | Menunjukkan rasa cinta pada suami lewat perutnya | Dijamin suami betah makan dirumah :) #PersiapanCalonIstri

9. Biasakan jangan suka curhat pada lain jenis sejak muda | Itu tanda kesetiaanmu pada suami kelak. #PersiapanCalonIstri

10. Olahragalah sejak sekarang | Semakin langsing, semakin lincah gerak ngurus rumah n suami kan ? :) #PersiapanCalonIstri

11. Spesialkan dirimu untuk suami mu saja | Jika ada masa lalu, lupakan | Insya Allah suamimu akan melupakannya juga. #PersiapanCalonIstri

12. Bangunlah sholat malam, saat ini tak apa sendiri dulu | Kelak, bakal ada suamimu yg akan mengimami, tanda kesyukuran kalian. #PersiapanCalonIstri

13. Puasa sunnah jadi tameng diri mu | Kelak, itu akan jadi benteng kesabaran saat urusan rumah tangga begitu pelik. #PersiapanCalonIstri

14. Jaga rahimmu sejak sekarang | Itu akan jadi tempat bermula bagi anak2mu kelak. #PersiapanCalonIstri

15. Belajarlah memaafkan setiap salah | Karena rumah tangga itu tempat saling mengoreksi yang salah, berjalan membenarkan bersama. #PersiapanCalonIstri

16. Buang jauh2 ego | Ego tak akan menang dalam rumah tangga, malah memperkeruh suasana | Mendengar lebih banyak. #PersiapanCalonIstri

17. Belajarlah tersenyum, walau masalah begitu berat | Karena perlu kau tahu, bahwa senyuman utk suami, adalah peneduh hatinya. #PersiapanCalonIstri

18. Tak apa lemah & bermanja di depan suami, itu jadi kekuatan suami menguatkan | Tapi kuat dan tegarlah didepan anak2 dan orangtua. #PersiapanCalonIstri

19. Kodrat wanita suka belanja | Mumpung masih belum nikah, coba lebih kontrol | Pisahkan mana kebutuhan, mana keinginan. #PersiapanCalonIstri

20. Belajarlah menahan amarah | Jika harus marah pada suami, lakukan tanpa org lain tahu selain berdua. Terutama anak. #PersiapanCalonIstri

21. Istri itu layak berpendidikan tinggi, atau setidaknya punya kemauan belajar tinggi | Karena engkau akan jadi guru untuk anakmu sendiri. #PersiapanCalonIstri

22. Belajarlah ilmu agama | Kelak, jangan serahkan pendidikan agama anakmu pada asisten rumah tangga | Ia anakmu, bukan anak org lain. #PersiapanCalonIstri

23. Belajarlah kata2 romantis, namun jangan keluarkan sekarang | Suami juga senang loh diberi hal yg romantis. :) #PersiapanCalonIstri

24. Rendahkan suaramu di depan lelaki lain, lembutkan suaramu hanya pada suami saja | Itu wujud kecintaanmu padanya kelak. #PersiapanCalonIstri

25. Teruslah doa ke Allah utk sosok lelaki misteri yg bakal menjadi suamimu kelak | Doa dalam diam, kelak Allah yg akan menyampaikan :') #PersiapanCalonIstri

26. Biarkanlah rasa cinta yg membuncah itu tertahan di dada mu | Hingga saat halal menanti, baru engkau ungkapkan semuanya. #PersiapanCalonIstri

27. Jemput jodohmu melalui cara yg Allah ridhoi | Taaruf lah | Sambil menunggu, persiapkan diri jadi istri super. #PersiapanCalonIstri

28. Jika merasa jodohmu jauh saat ini, bersabarlah | Allah sedang menyiapkan suami terbaik untukmu | Yakinlah ia sedang Allah tempa juga. #PersiapanCalonIstri

29. Calon suami mu sedang duduk di ujung sana di atas sajadahnya | Ia sedang mempersiapkan diri pula | Engkau bersiap menantinya kan ? :')

30. Nantikan ia dalam ketaatan | Nantikan ia dalam persiapan | Nantikan ia dalam doa di penghujung malam. #PersiapanCalonIstri

31. Sekian #PersiapanCalonIstri, semoga makin memantapkan persiapan. Semoga berguna, dan menjadi pendorong diri berbenah.

32. Sungguh, para suami-suami di belahan dunia manapun, merindukan istri terbaik menurut Allah untuknya. Jadilah yg dirindukan. Sekian. :')

@tausiyahku

Senin, 13 Juli 2015

Nasehat Indah dari :

Ustadz Abd Rozak
Al hikmah Jakarta

🎋Menangislah untuk RamadhanSaudaraku,

🎋marilah kita menangis,

🎋Jika itu bisa melapangkan gundah yang mengganjal sanubari...

🎋Bahwa Ramadhan sudah bergegas di akhir hitungan hari...

🎋Dan tadarus Quran kita tak juga beranjak khatam......

🎋Jika itu adalah ungkapan penyesalan....

🎋Jika itu merupakan awal tekad uuntuk menyempurnakan tarawih dan Qiyamul lail kita yang centang perenang

🎋Menangislah,Agar butir bening itu jadi saksi di yaumil akhir......

🎋Jika kita sempat mjd hamba Allah yang lalai lagi terlena.....

🎋Yang berdoa sejak 2 bulan sebelum Ramadhan,

🎋yang berlatih puasa semenjak Rajab,

🎋yang rajin mengikuti tarhib Ramadhan...

🎋Tapi sampai puasa mendekati akhir masih juga menggunjing kekhilafan teman,

🎋masih juga tak bisa menahan ucapan dari kesia-siaan,

🎋tak juga menambah ibadah sunah,

🎋bahkan hampir terlewat menunaikan yang wajib

🎋Menangislah, lebih kerasAllah tak menjanjikan apa-apa untuk Ramadhan tahun depan..

🎋Apakah kita masih disertakan?

🎋sedangkan Ramadhan sekarang cuma tersisa hitungan hari....

🎋Tak ada yang dapat menjamin usia kita sampai untuk Ramadhan besok,...

🎋sedang Ramadhan ini tersia-siakan......

🎋Menangislah untuk Ramadhan yang kan hilang...

🎋Menangislah, Untuk dosa-dosa yang belum terampuni,tapi kita masih juga menambah dengan dosa baru...

🎋Menangislah,Dan tuntaskan semuanya di sini, malam ini. ...

🎋Karena besok waktu akan bergerak makin cepat,Ramadhan semakin berlari.....

🎋Tahu-tahu sudah 10 malam terakhir dan kita belum bersiap utk u mengisi malam2 di akhir Ramadhan dengan Ibadah yg lebih baik..,

🎋Dan lembar Quran menunggu untuk dikhatamkan....

🎋Dan lembar rupiah menunggu untuk disalurkan melalui infaq dan zakat. .....

🎋Dan malam menunggu dihiasi sholat tambahan.....

🎋Sekarang, atau (mungkin) tidak (ada lagi) sama sekali...

Astaghfirullaah. ..

Minggu, 12 Juli 2015

::: DETIK-DETIK PENENTUAN :::

Saudaraku!
Tahukah anda, bahwa yg membuat hatimu dijaga oleh Allah utk tetap teguh diatas kebenaran sepanjang setahun… adalah sikapmu dan kesungguhanmu dalam beribadah di sepuluh malam terakhir ini..

Sepuluh malam ini adalah puncak kemuliaan dan penghambaan hamba kepada Rabbnya..

Ingat! Malam lebih baik daripada 1000 bulan hanya ada di detik² terakhir ini..

Yg menyia-nyiakannya akan kehilangan seluruh kebaikan dunia akhirat..

Yg berjuang utk mengisinya dgn tadarru’, munajat dan merendahkan hati kpd Allah, maka Allah pasti bahagiakan dunia akhirat..

Berkata Syaikh Utsaimin rahimahullah,
“Apakah anda ingin mengetahui kekuatan istiqomahmu selama setahun?

Apakah anda ingin mendapat bocoran nasib akhir hayatmu?
Apakah anda ingin mendapat syurga dunia & akhirat?

Jika kalian penasaran, silahkan lihat dan perhatikan dirimu, bagaimanakah sikapmu dan kesungguhanmu utk bercengkrama dan bertemu dgn Rabbmu di sepuluh malam terakhir ini..!
(Majalis Ramadhan)

Ya Allah berilah kami taufik di detik² terakhir ini dan bangkitkan semangat kami utk meraih kemuliaannya!

Ditulis oleh Ustadz Djazuli حفظه الله تعالى̊

Sebut saja namaku Adrian, aku berusia 25 tahun saat kisah ini terjadi. Kisahku mungkin klise, aku jatuh cinta pada seorang wanita bernama citra. Dia adalah adik kelasku saat kami masih sekolah di SMA yang sama. Saat kelas tiga, dia pindah ke kota lain. Tetapi takdir mempertemukan kami kembali di jakarta, saat aku berangkat kerja.

Ada satu hal yang selalu aku simpan dalam hatiku, aku jatuh cinta padanya. Sejak masih duduk di bangku SMA, aku selalu curi-curi pandang ketika jam istirahat. Kadang aku sengaja pamit ke toilet hanya untuk melihatnya bernyanyi saat kelasnya ada pelajaran menyanyi. Walaupun hanya menatapnya selama 5 menit, rasanya kebahagiaanku penuh sepanjang hari.

Remaja selalu malu-malu mengungkapkan isi hatinya, apalagi aku yang memang punya sifat pemalu. Hampir tidak ada sinyal cinta yang aku kirim padanya. Aku tidak seberani teman-temanku yang bisa titip salam atau terang-terangan mengatakan suka pada wanita yang mereka suka. Jadilah aku memendam perasaanku. Mungkin ini masih cinta monyet, yang akan memudar seiring berjalannya waktu. Dan suatu saat kelak, aku akan benar-benar jatuh cinta di tingkat yang lebih serius dengan wanita lain.

Nyatanya perkiraanku salah. Walaupun udah bekerja aku sempat berpacaran dengan wanita lain ( DIAN ), aku tetap meletakkan kenangan akan CITRA dalam hatiku. Singkat cerita, saat aku Berangkat kerja, aku bertemu lagi dengan citra.

Takdir tersebut membawaku pada rahasia yang terpendam. Hatiku kembali berdetak, kembali merasakan indahnya jatuh cinta hanya dengan menatap kedua matanya. Perasaan yang tidak pernah aku rasakan dengan dian.

Beberapa kali kami berpapasan di jalan yang sama, Dia masih citra yang ramah dan suka menyapa. Hubungan kami tetap dekat, tapi tetap saja, tidak ada keberanian untuk mengungkapkan rasa cintaku padanya. Bagaimana aku bisa menyatakan perasaanku, ada Dian yang masih menjadi pacarku. Egois memang, aku bahkan sering merasa bersalah pada Dian, tapi aku tidak bisa membohongi hatiku. Jika saja Citra mengajakku untuk jadi kekasihnya, atau bahkan suaminya, aku tidak akan menolak.

Sayangnya, takdir yang mempertemukan kami harus berakhir. Suatu hari, di sebuah musim penghujan di akhir bulan Desember, Citra mengalami kecelakaan,dia tertabrak mobil Dan kepalanya terbentur keras menghantam trotoar, dan 1 minggu dia dirawat di UGD, tetapi allah berkehendak lain,,dan nyawanya tidak tertolong,Dia pergi untuk selama-lamanya.

Duniaku hancur,

setiap inci tubuhku menjerit akan kepergiannya,

aku bahkan tidak bisa lagi merasakan sakitnya hatiku,

seolah ada bagian tubuhku yang hilang,

jika diibaratkan, aku bagai guci yang pecah berkeping-keping.

Aku hadir dalam pemakamannya.
Aku hadir dalam setiap acara doa yang dilakukan keluarganya setiap malam.

Di duka yang teramat sangat, ibu Citra memintaku untuk menemaninya, setelah para tamu pulang."Mas, Mas kamu temannya Citra yang namanya Adrian kan?" ujar wanita tua itu. Aku bisa melihat ada duka mendalam di balik senyumnya.

Aku mengangguk, lalu wanita itu mengajakku ke sebuah ruangan, yang menurutnya adalah kamar Citra.

Wanita itu menceritakan sebuah rahasia yang tidak aku ketahui. "Anak ibu.. Citra, dia pernah bilang bahwa dia suka dengan Adrian, cinta," lanjutnya.

Detik demi detik berlalu, aku mendengarkan pengakuan ibu Citra bahwa putrinya ternyata memendam rahasia. Ternyata selama ini Citra melakukan hal yang sama denganku, diam-diam merahasiakan perasaannya. Bahkan sejak masih di bangku SMA.

"Waktu itu Citra pernah bilang, sekarang citra sudah punya pacar, mungkin harus menunggu nak citra putus dulu, baru dia berani jujur," lanjut ibu citra dengan air mata yang jatuh dari pelupuk matanya.

Aku tidak bisa menahan air mataku, aku menangis di di bawah kaki ibu Citra. Aku menangis hingga dadaku terasa ingin meledak.

Aku menyesal,

sangat menyesal.

Aku tidak sempat mengatakan bagaimana perasaanku padanya.

Hingga detik ini, penyesalan itu masih ada.
Masih mengganjal di dalam lubuk hatiku yang terdalam.
Rasanya bahkan jauh lebih berat dibandingkan saat Citra masih hidup.

Kau bisa mendengar doa-doaku tiap malam, CITRA?

Aku merindukanmu.

NOTES ;

(¸.•¨¯`* Jodoh,  rezeki,  maut, adalah rahasia-Nya, namun apabila kita tidak mengupayakannya maka Jodoh dan rezeki itu tidak akan pernah datang kepada kita. maka jemputlah jodohmu. Sebab jodohmu adalah rezekimu, namun rezekimu bukan merupakan jodoh.

(¸.•¨¯`*  Jika  jodoh datang menghampirimu dan merasakan dia selalu bersemayam di hati kita, maka dekatkanlah dan eratkanlah jodohmu itu, panggil dan sapalah dia. Sebab Allah telah memilihkan jodohmu untuk dia. Wanita yang baik pastilah mendapatkan pria yang baik,, begitu pula sebaliknya ! 

(¸.•¨¯`* Jangan kedepankan rasa egomu sebab Allah murka dengan egomu, sehingga setan dan iblis pun dengan senang hati menyelimuti hatimu sehingga membuat egomu menjauhkan jodohmu sendiri. 

(¸.•¨¯`* Tidak ada kamus dalam kehidupan jika seorang wanita harus terlebih dahulu menghubungi si dia, maka harkat dan martabatnya akan jatuh, begitu pula sebaliknya tidak ada nilai kelebihan jika seorang pria menghubungi wanita terlebih dahulu. Namun semuanya tergantung pada individu masing-masing...! Mau dilihat dari sudut pandang yang bagaimana sehingga harkat dan martabat kita jatuh, malu, dan merendahkan diri dihadapan orang lain...!!

(¸.•¨¯`*   Penyesalan selalu datang terlambat, jika penyesalan datangnya di depan maka manusia tidak akan pernah tahu bagaimana pengorbanan, bagaimana bentuk perjuangan, bagaimana bentuk derita, dan bagaimana rasanya sakit hati, dan bagaimana bentuk ujian dan cobaan ditimpakan kepadanya...

(¸.•¨¯`*   Hidup itu indah apabila kita saling mencintai, namun keindahan tak akan sempurna jika keduanya atau salah satu di antaranya hanya memendam perasaan saja.

(¸.•¨¯`*  Kunci kebahagiaan yang khakiki adalah munculnya naluri kejujuran setiap insan.

(¸.•¨¯`*  Putus cinta emang udah biasa, namun cinta terpendam tersiksa sampai mati...

(¸.•¨¯`* Kisah ku di atas setidaknya menginsipirasi kalian, bagaimana usaha kita dalam menjemput jodoh. 

(¸.•¨¯`* Tidak ada yang lebih menyakitkan dibanding menyimpan perasaan mendalam pada seseorang. Pengakuan itu belum sempat terucap, tetapi dia yang aku cintai sudah pergi selamanya. Dia pergi tanpa tahu bahwa aku mencintainya.

. Salam santun sahabat pena .

Cr> admin

Sabtu, 11 Juli 2015

Tetap Istiqomah Hingga Akhir Ramadhan

🌹 Carilah Malam Lailatul Qadar 🌹

Oleh : Muhammad Abduh Tuasikal

Kita diperintahkan untuk mencari lailatul qadar. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 2020 dan Muslim no. 1169)

Terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil lebih memungkinkan daripada malam-malam genap. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha pula, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

“Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 2017)

Ganjil tersebut bisa dihitung dari awal bulan, maka malam yang dicari adalah malam ke-21, 23, 25, 27, dan 29. Namun bisa jadi pula lailatul qadar dihitung dari malam yang tersisa. Dalam hadits lain disebutkan,

لِتَاسِعَةٍ تَبْقَى لِسَابِعَةٍ تَبْقَى لِخَامِسَةٍ تَبْقَى لِثَالِثَةٍ تَبْقَى

“Bisa jadi lailatul qadar ada pada sembilan hari yang tersisa, bisa jadi ada pada tujuh hari yang tersisa, bisa jadi pula pada lima hari yang tersisa, bisa juga pada tiga hari yang tersisa” (HR. Bukhari).

Oleh karena itu, jika bulan Ramadhan ternyata 30 hari, berarti malam ketiga puluh adalah malam yang menggenapi. Jika dihitung dari hari terakhir, malam ke-22 berarti sembilan hari yang tersisa. Malam ke-24 berarti tujuh hari yang tersisa. Inilah yang ditafsirkan oleh Abu Sa’id Al Khudri dalam hadits shahih. Inilah yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tanpa memilah-milah hari ganjil dan genap.

Tanda Malam Lailatul Qadar

1- Keadaan matahari di pagi hari, terbit berwarna putih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru

Dari Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِى صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا.

“Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadhan). Dan tanda-tandanya ialah pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru.” (HR. Muslim no. 762)

2- Kedaan malam tidak panas, tidak juga dingin, matahari di pagi harinya tidak begitu cerah nampak kemerah-merahan

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء

“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, lihat Jaami’ul Ahadits 18: 361. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahihul Jaami’ no. 5475)

Namun tanda tersebut tak perlu dicari-cari. Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah berkata,

وَقَدْ وَرَدَ لِلَيْلَةِ الْقَدْرِ عَلَامَاتٌ أَكْثَرُهَا لَا تَظْهَرُ إِلَّا بَعْدَ أَنْ تَمْضِي

“Ada beberapa dalil yang membicarakan mengenai tanda-tanda lailatul qadar. Namun itu semua tidaklah nampak kecuali setelah malam tersebut berlalu.” (Fath Al-Bari, 4: 260)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tidak mencari-cari tanda. Yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah memperbanyak ibadah saja di akhir-akhir Ramadhan,

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ: – كَانَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ اَلْعَشْرُ -أَيْ: اَلْعَشْرُ اَلْأَخِيرُ مِنْ رَمَضَانَ- شَدَّ مِئْزَرَهُ, وَأَحْيَا لَيْلَهُ, وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika memasuki 10 Ramadhan terakhir, beliau bersungguh-sungguh dalam ibadah (dengan meninggalkan istri-istrinya), menghidupkan malam-malam tersebut dengan ibadah, dan membangunkan istri-istrinya untuk beribadah.” (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174)

🌸 Tanda Seseorang Mendapatkan Malam Lailatul Qadar 🍀

Syaikh Khalid Al-Mushlih hafizhahullah menyatakan bahwa tidak ada tanda khusus jika seseorang telah mendapatkan Lailatul Qadar. Terang beliau, kalau kita memperbanyak beribadah terus menerus di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tentu akan mendapatkan malam penuh kemuliaan tersebut.

Yang patut pula dipahami bahwa cara menghidupkan malam tersebut bisa dengan mengerjakan shalat Isya, shalat tarawih (shalat malam) dan shalat shubuh. Mengerjakan ketiga shalat ini dapat dicatat telah mengerjakan shalat semalam suntuk.

Dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ شَهِدَ الْعِشَاءَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ قِيَامُ نِصْفِ لَيْلَةٍ وَمَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ وَالْفَجْرَ فِى جَمَاعَةٍ كَانَ لَهُ كَقِيَامِ لَيْلَةٍ

“Siapa yang menghadiri shalat ‘Isya berjamaah, maka baginya pahala shalat separuh malam. Siapa yang melaksanakan shalat ‘Isya dan Shubuh berjamaah, maka baginya pahala shalat semalam penuh.” (HR. Muslim no. 656 dan Tirmidzi no. 221).

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ بَقِيَّةُ لَيْلَتِهِ

“Sesungguhnya jika seseorang shalat bersama imam hingga imam selesai, maka ia dihitung mendapatkan pahala shalat di sisa malamnya.” (HR. Ahmad 5: 163. Syaikh Syu’aib Al-Arnauth menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih sesuai syarat Muslim)

Semoga Allah memudahkan kita untuk mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar.
Aamiin Ya Robb 🌸🍀

Jumat, 10 Juli 2015

Sedih sekali rasanya hendak ditinggalkan Bln Ramadhan,,, apakah ini merupakan Ramadhan terakhir untukku...?!

اللهم انك عفو تحب العفو فاعف عني.. آمين

Siapakah Wafa???

SUBHANALLAH, TERNYATA NAMANYA WAFA

Wafa adalah seorang gadis kecil berumur 7 tahun. Saat ini, dia bersekolah di Albany Rise Primary School, Melbourne, Australia. Seperti anak-anak seusianya, Wafa juga masih didominasi sifat kekanak-kanakan. Namun di balik itu semua, ada yang istimewa pada gadis kecil ini. Dia satu-satunya murid di sekolahnya yang mengenakan jilbab. Padahal Wafa bersekolah di public school, bukan di sekolah Islami.
Gadis kecil ini tak pernah mau melepas jilbabnya meski saat ini tidak tinggal di Indonesia. Tak ada paksaan dari orang tuanya untuk mengenakan jilbab. Meski berada di lingkungan asing, dengan resiko akan ‘diasingkan’ oleh teman-temannya, dia tetap tidak peduli dan kokoh dengan pendiriannya.
Suatu hari, Australia sedang dilanda heatwave. Waktu itu suhu bisa mencapai 40 derajat celcius. Karena kasihan, guru Wafa memintanya untuk membuka jilbab agar tidak terlalu kepanasan. Namun dengan tenang Wafa menjawab, “Its okay, Miss. I’m alright,” Sang guru pun sampai menyampaikan kekaguman atas kegigihan Wafa.
Di kesempatan lain, Wafa ditanya oleh beberapa temannya. “Why do you wear that thing on your head?” Dengan percaya diri sebagai seorang muslim, dia menjawab, “Because I’m muslim,” Sang teman rupanya masih penasaran dan bertanya lagi, “But what you’re wearing that for?” Kembali dengan kepercayaan diri yang tinggi, Wafa menjawab,”Well, because I’m muslim girl and all muslim girls are not allowed to show their hair to other people, besides their own family.” Bisa kita bayangkan betapa takjubnya teman-teman Wafa ketika mendengar jawaban ini.
Entah bagaimana caranya gadis kecil ini memiliki kepercayaan diri dan kebanggaan sebagai seorang muslim. Biasanya anak seusianya sangat takut dianggap berbeda dari teman-temannya. Akan tetapi tidak untuk Wafa. Dia sangat percaya diri dan bangga dengan identitasnya sebagai seorang muslim. Tempat yang asing bagi dirinya pun semakin menempanya untuk tetap bangga sebagai seorang muslim. Kegigihan Wafa ini rupanya juga diperhatikan oleh guru-gurunya. Dia pun terpilih sebagai student of the week di minggu pertama dia masuk ke sekolah tersebut.
Kisah tentang Wafa yang dikutip dari buku Character Building, karangan Yudha Kurniawan SP dan Ir Tri Puji Hindarsih tersebut sungguh menginspirasi kita bahwa identitas sebagai seorang muslim adalah suatu kebanggaan. Di negeri yang mayoritas non muslim, Wafa mampu menunjukkan kebanggan tersebut. Sungguh ironis jika di negeri yang mayoritas muslim ini, kita justru malu menunjukkan identitas diri kita sebagai seorang muslim. Wafa juga memberi pelajaran pada kita bahwa usia yang masih dini bukanlah halangan untuk menanamkan rasa bangga sebagai seorang muslim kepada anak. Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan. Antara lain:
Pertama, kita bangkitkan kebanggaan menjadi muslim di dada mereka. Sejak awal, kita tumbuhkan kepercayaan diri yang kuat dan harga diri sebagai seorang muslim, sehingga mereka memiliki kebanggaan yang besar pada agamanya. Mereka berani menunjukkan identitasnya sebagai seorang muslim dengan penuh percaya diri. “Isyhadu bi anna muslimun. Saksikan bahwa aku adalah seorang muslim!”
Kedua, kita biasakan mereka untuk memperlihatkan identitas sebagai seorang muslim, baik yang bersifat fisik, mental, maupun cara berpikir. Inilah yang sekarang ini rasanya perlu kita gali lebih jauh dari khazanah Islam. Bukan untuk menemukan sesuatu yang baru, melainkan untuk menemukan apa yang sudah dilakukan generasi terdahulu yang berasal dari didikan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketiga, kita bangkitkan pada diri mereka al wala’ wal bara’ sehingga memperkuat percaya diri mereka. Apabila mereka berjalan, ajarkanlah mereka untuk tidak menepi dan menyingkir karena grogi berpapasan dengan orang non muslim. Kita tidak bersikap arogan. Kita hanya menunjukkan percaya diri kita sehingga tidak menyingkir karena gemetar.
Semoga kita senantiasa istiqamah dan bangga dengan identitas sebagai seorang muslim. Seperti halnya Wafa dalam kisah di atas. Kebanggaannya sebagai seorang muslim bak sebuah mahkota yang bukan saja meningkatkan derajat di antara kerumunan orang lain, melainkan juga memancarkan cahaya yang membuat potensi dan kemampuannya semakin terlihat.

Silakan di-share sahabat untuk saling mengingatkan identitas kita bangga sebagai seorang Muslim sebagaimana belajar dari gadis kecil Wafa
Semoga kita menjadi hamba yang selalu bersyukur atas nikmat Iman & Islam yang diberikan Allah SWT.. Aamiin


Tips Menjadikan Anak Hafidz

INI YANG DILAKUKAN IBU 3 HAFIZ TERMUDA DI DUNIA SAAT HAMIL

Ingin punya anak yang hafal Al Qur’an? Cara yang dilakukan oleh Rasya el-Ghayyar, ibu dari 3 hafizh termuda di dunia (Tabarak, Yazid, Zeenah), ini bisa diadopsi.

Ketika Rasya hamil, ia melakukan sedikitnya tiga hal yang terkait langsung dengan cita-cita memiliki anak penghafal Qur’an:

Banyak Tilawah

Doktor yang menjadi dosen di Batterje Medical College itu biasa membaca Al Qur’an sejak sebelum menikah. Ketika ia hamil, kebiasaan tilawah itu terus ia lakukan. Bahkan bisa lebih banyak dari hari-hari sebelumnya.

Menghafal Al Qur’an

Selain banyak tilawah, Rasya juga berusaha menambah hafalannya ketika ia mengandung baik anak pertama (Tabarak), anak kedua (Yazeed), maupun anak ketiga (Zeenah).

Berdoa

Rasya sering memanjatkan doa khusus pada waktu hamil. Ia berdoa sebagaimana doa istri Imran yang mulia:

رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menadzarkan kepada Engkau anak yang ada dalam kandunganku menjadi hamba yang shalih dan berkhidmat. Karena itu, terimalah (nadzar) itu dariku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Ali Imran: 35)

Sembari berdoa, Rasya menadzarkan anaknya menjadi anak yang taat kepada Allah dan berbakti untuk Al Qur’an.

Biidznillah, doa itu kemudian dikabulkan Allah. Tabarak yang lahir pada 20 Dzulhijjah 1423 H bertepatan dengan 22 Februari 2003, mulai menghafal Al Qur’an pada usia 3 tahun dan menjadi hafizh pada usia 4,5 tahun. Ia lulus ujian al Jamiyyah al Khairiyah li Tahfizh al Qur’an al Karim di Jeddah dan al Hai’ah al ‘Alamiyah li Ta’lim al Qur’an al Karim milik Rabithah al ‘Alam al Islami dengan predikat mumtaz (cumlaude). Tabarak tercatat sebagai hafiz termuda di dunia.

Anak kedua, Yazid Tamamuddin juga hafal Al Qur’an 30 juz pada usia 4,5 tahun. Ia bahkan mendapatkan nilai lebih tinggi dari kakaknya. Meskipun sama-sama mumtaz, Tabarak mendapat nilai 90 dan Yazeed mendapat nilai 95.

Anak ketiga juga demikian. Zeenah el Laboody hafal Al Qur’an 30 juz pada usia kurang dari lima tahun.

Akhirnya, jadilah ketiganya menjadi 3 hafiz termuda di dunia. Masya Allah… [Muchlisin BK/Bersamadakwah]


Mukjizat Air Zam Zam

Permukaan air ZamZam adalah sekitar 10.6 kaki di bawah permukaan tanah .
Adalah sebuah mukjizat dari Allah SWT bahwa ketika sumur Zam Zam
dipompa terus menerus selama 24 jam tanpa henti dengan tingkat sedotan 8 ribu liter/detik, permukaan sumur akan turun hingga 44 kaki di bawah permukaan tanah.

TETAPI, ketika pemompaan berhenti, permukaan sumur segera kembali pada 13 kaki di bawah permukaan tanah setelah 11 menit.

8 ribu liter/detik

Berarti 8,000 x 60 = 480,000 liter/menit
Berarti 480,000 x 60 = 28.8 juta liter/jam
Berarti 28,800,000 x 24 = 691.2 juta liter/hari

Jadi ada 690 juta liter air ZamZam dipompa dalam 24 jam tetapi sumurnya terisi kembali hanya dalam waktu 11 menit !!!

Ada dua mukjizat di sini.

Pertama, bahwa sumur ZamZam terisi kembali dengan segera, & kedua bahwa Allah SWT memiliki kontrol absolut yang luar biasa untuk tidak mengisi sumur Zam Zam secara berlebihan sebab jika tidak terkontrol, dunia bisa-bisa TENGGELAM oleh luapan air Zam Zam yang demikian besar!

Kejadian ini sesungguhnya adalah terjemahan dari kata Zam Zam, yang berarti "Stop ! !! Stop !!!!", demikian kata Hajirah Alaih As Salaam.


Kamis, 09 Juli 2015

Surat Cinta Romadhon

SURAT DARI ROMADHON....
SELAMAT TINGGAL...

Sahabat.....                                      
Kamu bilang AKU  mulia , tapi  kamu perlakukan AKU biasa saja...

Kamu bilang AKU  bulan Turun nya Al qur'an , tapi kok enggak ada waktu utk tadarusan eh.....sekarang malah sibuk mikirin lebaran...

Kamu bilang AKU  bulan ibadah sekedar tarawih aja banyak yg enggak  di kerjakan alasan nya sdh capek & lelah...

Kamu bilang AKU bulan ampunan, AKU  tunggu doa2 mu, tapi  kamu lebih asyik dgn gurauan ...

Kamu bilang AKU  lebih baik dari seribu bulan, AKU tunggu Ruku',sujud & tilawah  kamu di 10 hari terakhir tp kamu lebih memilih malam mu dgn mimpi" semu...
Sahabat..
Sbntar lagi AKU akan pergi, meninggalkan kamu utk waktu yg lama.. 11 bulan lg AKU pasti kembali tapi AKU enggak tau apa kamu bisa menemuiku lagi...😥

Kecewa, mnyesal & menangislah sekarang  mumpung kamu  masih dalam pelukan KU, jika ini mnjadi perjumpaan terakhir kita kelak...aku akan jadi saksi cintamu padaku....❤

Dunia, 09 Juli 2015
              Salam
Dari sahabat Sejatimu ROMADHON 1436 H.......😭

Rabu, 08 Juli 2015

KISAH

📚📢🔰🌷 KISAH NAJMUDDIN AYYUB MENCARI JODOH

👋 Semoga Allah mengkaruniakan kami dan anda sekalian dengan semisal isteri yang shalehah ini yang akan menggandeng tangan anda menuju ke dalam jannah

✋ Najmuddin Ayyub (amir Tikrit) belum juga menikah dalam tempo yang lama. Maka bertanyalah sang saudara Asaduddin Syirkuh kepadanya: “Wahai saudaraku, kenapa engkau belum juga menikah?”

▪Najmuddin menjawab: “Aku belum menemukan seorang pun yang cocok untukku.”

▫“Maukah aku pinangkan seorang wanita untukmu?” tawar Asaduddin.

▪“Siapa?” Tandasnya.

▫“Puteri Malik Syah, anak Sulthan Muhammad bin Malik Syah Suthan Bani Saljuk atau puteri menteri Malik,” jawab asaduddin.

▪“Mereka semua tidak cocok untukku” tegas Najmuddin kepadanya.

▫Ia pun terheran, lalu kembali bertanya kepadanya: “Lantas siapa yang cocok untukmu?”

▪Najmuddin menjawab: “Aku menginginkan wanita shalehah yang akan menggandeng tanganku menuju jannah dan akan melahirkan seorang anak yang ia didik dengan baik hingga menjadi seorang pemuda dan ksatria yang akan mengembalikan Baitul Maqdis ke dalam pangkuan kaum muslimin.”

🌷👍 Ini merupakan mimpinya.
Asaduddin pun tak merasa heran dengan ucapan saudaranya tersebut. Ia bertanya kepadanya: “Terus dari mana engkau akan mendapatkan wanita seperti ini?”

▪“Barang siapa yang mengikhlaskan niatnya hanya kepada Allah, niscaya Allah akan memberikan rezeki kepadanya,” jawab Najmuddin.

📁💡Suatu hari, Najmuddin duduk bersama salah seorang syaikh di masjid di kota Tikrit berbincang-bincang. Lalu datanglah seorang pemudi memanggil syaikh tersebut dari balik tabir sehingga ia memohon izin dari Najmuddin guna berbicara dengan sang pemudi. Najmuddin mendengar pembicaraan sang syaikh dengan si pemudi. Syaikh itu berkata kepada si pemudi: “Mengapa engkau menolak pemuda yang aku utus ke rumahmu untuk meminangmu?”

🌷 Pemudi itu menjawab: “Wahai syaikh, ia adalah sebaik-baik pemuda yang memiliki ketampanan dan kedudukan, akan tetapi ia tidak cocok untukku.”

🔊 “Lalu apa yang kamu inginkan?” Tanya syaikh.

🔰Ia menjawab: “Tuanku asy-syaikh, aku menginginkan seorang pemuda yang akan menggandeng tanganku menuju jannah dan aku akan melahirkan seorang anak darinya yang akan menjadi seorang ksatria yang bakal mengembalikan Baitul Maqdis ke dalam pangkuan kaum muslimin.”

💥📢 Allahu Akbar, satu ucapan yang persis dilontarkan oleh Najmuddin kepada saudaranya Asaduddin.
Ia menolak puteri Sulthan dan puteri menteri bersamaan dengan kedudukan dan kecantikan yang mereka miliki.

✋Demikian juga dengan sang pemudi, ia menolak pemuda yang memiliki kedudukan, ketampanan, dan harta.
Semua ini dilakukan demi apa? Keduanya mengidamkan sosok yang dapat menggandeng tangannya menuju jannah dan melahirkan seorang ksatria yang akan mengembalikan Baitul Maqdis ke dalam pangkuan kaum muslimin.

✔🔥 Bangkitlah Najmuddin seraya memanggil syaikh tersebut, “wahai Syaikh aku ingin menikahi pemudi ini.”

⚠ “Tapi ia seorang wanita fakir dari kampung,” jawab asy-syaikh.

▪“Wanita ini yang saya idamkan.” tegas Najmuddin.

🌷🏠Maka menikahlah Najmuddin Ayyub dengan sang pemudi. Dan dengan perbuatan, barang siapa yang mengikhlaskan niat, pasti Allah akan berikan rezeki atas niatnya tersebut.
Maka Allah mengaruniakan seorang putera kepada Najmuddin yang akan menjadi sosok ksatria yang bakal mengembalikan Baitul Maqdis ke dalam pangkuan kaum muslimin. Ketahuilah, ksatria itu adalah Shalahuddin al-Ayyubi.

🔺🔊 Inilah harta pusaka kita dan inilah yang harus dipelajari oleh anak-anak kita.

📖 Talkhis: Kitabush Shiyam min Syarhil Mumti’ karya Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaiminرحمه الله.

📚 Di ambil dari Majmu’ah Thalibatul ‘ilmi

Selasa, 07 Juli 2015

Daftar Masjid Yang Menyelenggarakan I'tikaf di Jakarta dan Sekitarnya

Berikut adalah daftar masjid yang biasa menyelenggarakan i’tikaf pada 10 malam terakhir Ramadhan di Jakarta dan sekitarnya.

Jakarta Pusat
1. Masjid Istiqlal: Jl. Taman Wijaya Kusuma
2. Masjid Baitul Ihsan, Kompleks Bank Indonesia (BI): Jl. Budi Kemulyaan No. 23
3. Masjid Agung Sunda Kelapa: Jl. Taman Sunda Kelapa No. 16, Menteng
4. Masjid ARH (Arief Rahman Hakim) UI: Jl. Salemba Raya
5. Masjid Bimantara, Gedung MNC: Jl. Kebon Sirih
6. Masjid Al-Hakim: Jl. Menteng
7. Masjid At-Taufiq: Jl. Guntur
8. Masjid YARSI: Cempaka Putih
9. Masjid Al Bakrie : Epicentrum

Jakarta Selatan
1. Masjid Raya Pondok Indah: Jl. Sultan Iskandar Mudal
2. Masjid Baitul Hikmah Elnusa: Jl. TB  Simatupang Kav. 1B, Cilandak
3. Masjid Agung Al Azhar: Jl. Sisingamangaraja
4. Masjid Al Hikmah: Jl. Bangka, Pela Mampang, Mampang Prapatan
5. Masjid An-Nur: Kompleks Perdatam, Pancoran
6. Masjid Jami’ Al-Insan: Patal Senayan
7. Masjid As-Shofa: Jl. Raya Lenteng Agung, Jagakarsa
8. Masjid Raya Al-Ittihad: Tebet
9. Masjid Asy-Syukur: Jl. Kebayoran Lama dekat RS Medika, Permata Hijau, Kebayoran Lama
10.Masjid At-Taqwa: Pejaten, Pasar Minggu

Jakarta Timur
1. Masjid Agung At-Tin: Taman Mini Indonesia Indah (TMII)
2. Masjid Bea Cukai: Jl. Ahmad Yani
3. Masjid Mudzakaroh: Jl. H. Baing, Kp. Tengah
4. Masjid Baabus Salam: Rawamangun
5. Pesantren Husnayain: Pasar Rebo
6. Masjid Al-Qolam: Iqro Islamic Center, Pondok Gede (Bekasi)
7. Masjid Labsschool : jl.Pemuda
8. Masjid Syuhada : jl. Lodan, rawamangun

Jakarta Utara
1. Masjid Raya Jakarta Islamic Center: Jl. Kramat RW 19, Kel. Tugu Utara
2. Masjid Astra: Jl. Gaya Motor, Sunter
3. Masjid Raya Kelapa Gading: samping Kelapa Gading Mall
Jakarta Barat dan Sekitarnya
1. Masjid Indosat: Jl. Daan Mogot, Jakbar
2. Masjid Agung Al-Muchlisin Jl Muwardi 1 Grogol Petamburan 
2. Masjid Baitul Hikmah: Duta Bintaro, Tangerang
3. Masjid Al-Adzom, Tangerang

Depok
1. Masjid Nurul Fikri: Kelapa Dua
2. Masjid Kubah Mas: Limo
3. Masjid Ukhuwwah Islamiyah: Kampus UI

Untuk Hamba Allah

Saya tidak pernah meminta pada siapapun untuk menunggu. Maafkan jika seandainya bukan nama kita yang tertulis di Lauhul Mahfudz.

Soal jodoh,sepenuhnya saya serahkan sama Allah. Karena Dia Maha Tahu Yang Terbaik Untuk HambaNya. Kalau tidak dipertemukan di dunia, insya Allah di akhirat kelak.

Prinsip saya dari dulu hingga sekarang, lebih baik sendiri daripada bersama orang yang tidak dapat menambah kecintaan dan lebih mendekatkan saya kepada Allah SWT.

Terima kasih buat semuanya.

Apakah Wanita Haidh Bisa Mendapatkan Lailatul Qadar?

Haidh Di Penghujung Ramadhan

Haidh bagi wanita adalah suatu keniscayaan..

Haidh untuk wanita merupakan anugerah kenikmatan..

Jangan diingkari apalagi di sesali..

Walaupun terjadi di penghujung bulan suci..

A. Ketetapan Allah.

Tatkala Aisyah bersedih sebab kedapatan haidh ketika berhaji..

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

"Perkara ini (haidh) adalah suatu ketetapan yang Allah berikan kepada kaum wanita

فَافْعَلِى مَا يَفْعَلُ الْحَاجُّ ، غَيْرَ أَنْ لاَ تَطُوفِى بِالْبَيْتِ حَتَّى تَطْهُرِى

"Lakukanlah segala sesuatu yang dilakukan orang yang berhaji kecuali thawaf di Ka’bah hingga engkau bersih..”  (HR. Bukhari: 305, Muslim: 1211)

Bagi hamba yang beriman..

Berkurangnya kesempatan beribadah merupakan kesedihan..

Namun bukanlah menjadi penghalang..

B. Berbuat Apa?

Juwaibir berkata bahwa dia pernah bertanya pada adh-Dhahak rahimahullahu ta’ala,

“Bagaimana pendapatmu tentang wanita nifas, haid, musafir, dan orang yang tertidur; apakah mereka bisa mendapatkan bagian dari Lailatul Qadar…?”

Adh-Dhahak pun menjawab, “Iya, mereka tetap bisa mendapatkan bagian..

Setiap orang yang Allah terima amalannya akan mendapatkan bagian Lailatul Qadar…” (Lathaiful Ma’arif: 341)

Diantara amalan yang dapat dilakukan:

1) Memperbanyak dzikir, doa dan istighfar, terutama doa yang dianjurkan saat lailatul Qadr.

2) Membaca Al-Qur’an tanpa menyentuh langsung mushhaf (misal gunakan pelapis)

3) Bersedekah kepada sesama,

4) Mempersiapkan sahur dan berbuka bagi keluarga,

5) Beragam amal kebajikan lainnya

C.  Bahagia Amal Diterima.

Fudhalah bin ‘Ubaid berkata,

"Bila saja aku mengetahui Allah menerima dariku satu amalan kebaikan walaupun kecil sedikit..

tentu lebih aku sukai dari dunia dan seisinya..

karena Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

"Sesungguhnya Allah hanya menerima (amalan) dari orang-orang yang bertakwa" (QS. Al-Maidah: 27)

Tiada alasan bagi wanita haidh untuk melemah dalam beramal kebajikan..

@Sahabatilmu

Repost by :

➡ FB : https://www.facebook.com/Mutiara-Nasehat-Muslimah-471838939591690
📚 WA MUTIARA NASEHAT MUSLIMAH
📱 0899912160 Admin